Aruba Peacemaker
Senin, 02 Mei 2011
budidaya tanaman kopi
Budidaya Tanaman Kopi
Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan ekstaksi biji tanaman kopi. Kata kopi sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti kekuatan. karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi. Kata qahwah kembali mengalami perubahan menjadi kahveh yang berasal dari bahasa Turki kemudian berubah lagi menjadi coffie dalam bahasa Belanda. Penggunaan kata coffie segera di serap kedalam bahasa Indonesia menjadi kata kopi yang dikenal saat ini.
Biji Kopi
Dari sekian banyak jenis kopi yang di jual di pasaran hanya terdapat 2 jenis varietas utama, yaitu kopi arabika (coffea arabica) dan robusta (Coffea robusta). Masing-masing jenis kopi ini memilki keunikannya masing-masing dan pasarnya sendiri.
Biji Kopi Arabika
Kopi arabika merupakan tipe kopi tradisonal dengan cita rasa terbaik. sebagian besar kopi yang ada dibuat menggunakan biji kopi jenis ini. Kopiini berasal dari Ethiopia dan sekarang talah di budidayakan di berbagai belahan dunia, mulai dari Amerika Latin, Afrika Tengah, Afrika Timur, India, dan Indonesia. Secara umum kopi ini tumbuh di negara-negara beriklim tropis atau subtropis. Kopi arabika tumbuh pada ketinggian 600-2000 m di atas permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh hingga 3 meter bila kondisi lingkungannya baik. Suhu tumbuh optimalnya adalah 18-260 C. Biji kopi yang dihasilkan berukuran cukup kecil dan berwarna hijau hingga merah gelap.
Kopi Luwak
Jenis kopi yang lain merupakan turunan atau subvarietas dari kopi arabika dan robusta. biasanya di setiap daerah penghasil kopi memiliki keunikan masing-masing san menjadikan sebagai suatu subvarietas. Salah satu jenis kopi lain yang terkenal adalah kopi luwak asli Indonesia. Kopi luwak merupakan kopi dengan harga jual tertinggi di dunia. Proses terbentuknya dan juga rasanya sangat unik menjadi alasan utama tingginya harga jual kopi jenis ini. Pada dasarnya kopi ini merupakan kopi jenis arabika. Biji kopi ini kemudian di makan oleh luwak atau sejenis musang. Akan tetapi tidak semua bagian dari biji kopi ini dapt di cerna oleh hewan ini. Bagian dalam biji ini kemudian akan keluar bersama kotorannya. Karena telah bertahan lama di dalam saluran pencernaan luwak, biji kopi ini mengalami fermentasi singkat oleh bakteri alami yang ada di dalam perutnya yang memberikan citarasa tambahan yang unik.
baca lebih lanjut : http://blogs.unpad.ac.id/mayangsulistyowati/2010/06/13/budidaya-tanaman-kopi/
budidaya tanaman kopi
Budidaya Tanaman Kopi
Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan ekstaksi biji tanaman kopi. Kata kopi sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti kekuatan. karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi. Kata qahwah kembali mengalami perubahan menjadi kahveh yang berasal dari bahasa Turki kemudian berubah lagi menjadi coffie dalam bahasa Belanda. Penggunaan kata coffie segera di serap kedalam bahasa Indonesia menjadi kata kopi yang dikenal saat ini.
Biji Kopi
Dari sekian banyak jenis kopi yang di jual di pasaran hanya terdapat 2 jenis varietas utama, yaitu kopi arabika (coffea arabica) dan robusta (Coffea robusta). Masing-masing jenis kopi ini memilki keunikannya masing-masing dan pasarnya sendiri.
Biji Kopi Arabika
Kopi arabika merupakan tipe kopi tradisonal dengan cita rasa terbaik. sebagian besar kopi yang ada dibuat menggunakan biji kopi jenis ini. Kopiini berasal dari Ethiopia dan sekarang talah di budidayakan di berbagai belahan dunia, mulai dari Amerika Latin, Afrika Tengah, Afrika Timur, India, dan Indonesia. Secara umum kopi ini tumbuh di negara-negara beriklim tropis atau subtropis. Kopi arabika tumbuh pada ketinggian 600-2000 m di atas permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh hingga 3 meter bila kondisi lingkungannya baik. Suhu tumbuh optimalnya adalah 18-260 C. Biji kopi yang dihasilkan berukuran cukup kecil dan berwarna hijau hingga merah gelap.
Kopi Luwak
Jenis kopi yang lain merupakan turunan atau subvarietas dari kopi arabika dan robusta. biasanya di setiap daerah penghasil kopi memiliki keunikan masing-masing san menjadikan sebagai suatu subvarietas. Salah satu jenis kopi lain yang terkenal adalah kopi luwak asli Indonesia. Kopi luwak merupakan kopi dengan harga jual tertinggi di dunia. Proses terbentuknya dan juga rasanya sangat unik menjadi alasan utama tingginya harga jual kopi jenis ini. Pada dasarnya kopi ini merupakan kopi jenis arabika. Biji kopi ini kemudian di makan oleh luwak atau sejenis musang. Akan tetapi tidak semua bagian dari biji kopi ini dapt di cerna oleh hewan ini. Bagian dalam biji ini kemudian akan keluar bersama kotorannya. Karena telah bertahan lama di dalam saluran pencernaan luwak, biji kopi ini mengalami fermentasi singkat oleh bakteri alami yang ada di dalam perutnya yang memberikan citarasa tambahan yang unik.
Syarat Tumbuh
Lokasi
- Letaknyas terisolir dari pertanaman kopi varietas lain ± 100 meter.
- Lahan bebas hama dan penyakit
- Mudah pengawasan
Tanah
- PH tanah : 5,5 – 6,5
- Top Soil : Minimal 2 %.
- Strukrur tanah : Subur, gembur ke dalaman relative > 100 cm.
Iklim
- Tinggi tempat : 800 – 2000 m dpl
- Suhu : 15º C – 25º C.
- Curah hujan : 1.750 – 3000 mm/thn dengan bulan kering 3 bulan
Bahan Tanaman
Untuk perbanyakan tanaman di lapangan diperlukan Bibit Siap Salur dengan kriteria sebagai berikut :
Sumber benih : Harus berasal dari kebun induk atau perusahaan yang telah ditunjuk.
Umur bibit: 8 -12 bulan
Tinggi: 20 -40 cm
Jumlah minimal daun tua: 5 – 7
Jumlah cabang primer: 1
Diameter batang: 5 – 6 cm
Kebutuhan bibit/ha
Jarak tanam: 1,25 m x 1,25 m
Populasi: 6.400 tanaman
Untuk sulaman: 25 %
Penanaman
Jarak Tanam
Sistem jarak tanam untuk kopi arabika antara lain :
Segi empat: 2,5 x 2,5 m
Pagar: 1,5 x 1,5 m
Pagar ganda: 1,5 x 1,5 x 3 cm
Lobang Tanam
Pertama, Harus dibuat 3 bulan sebelum tanam.
Kedua, Ukuran lubang 50 x 50 x 50 cm, 60 x 60 x 60 cm, 75 x 75 x 75 cm atau 1 x 1 x 1 m untuk tanah yang berat.
Ketiga, Tanah galian diletakan di kiri dan kanan lubang.
Keempat, Lubang dibiarkan terbuka selama 3 bulan.
Kelima, 2 -4 minggu sebelum tanam, tanah galian yang telah dicampur dengan pupuk kandang yang masak sebanyak 15/20 kg/lubang, dimasukkan kembali ke dalam lubang.
Keenam, Tanah urugan jangan dipadatkan.
Penanaman
Pertama, Penanaman dilakukan pada musim hujan
Kedua, Leher akar bibit ditanam rata dengan permukaan tanah.
Pemeliharaan
a. Penyiangan
1) Membersihkan gulma di sekitar tanaman kopi, 2) Penyiangan dapat dilakukan bersama-sama dengan penggemburan tanah. 3) Untuk tanaman dewasa dilakukan 2 x setahun
b. Pohon Pelindung
Penanaman pohon pelindung
1) Tanaman kopi sangat memerlukan naungan untuk menjaga agar tanaman kopi jangan berbuah terlalu banyak sehingga kekuatan tanaman cepat habis. 2) Pohon pelindung ditanam 1 – 2 tahun sebelum penaman kopi, atau memanfaatkan tanaman pelindung yang ada. 3) Jenis tanaman untuk pohon pelindung antara lain lamtoro, dadap, sengon, dll.
Pengaturan pohon pelindung
1) Tinggi pencabangan pohon pelindung diusahakan 2 x tinggi pohon kopi. 2) Pemangkasan pohon pelindung dilakukan pada musim hujan. 3) Apabila tanaman kopi dan pohon pelindung telah cukup besar, pohon pelindung bisa diperpanjang menjadi 1 : 2 atau 1 : 4.
Pemangkasan Kopi
1) Pangkasan Bentuk
a. Tinggi pangkasan 1,5 – 1,8 m
b. Cabang primer teratas harus dipotong tinggi 1 ruas
c. Pemangkasan dilakukan di akhir musim hujan
2) Pangkasan Produksi
a. Pembuangan tunas wiwilan (tunas air) yang tumbuh ke atas.
b. Pembuangan cabang cacing dan cabang balik yang tidak menghasilkan buah.
c. Pembuanagn cabang-cabang yang terserang hama penyakit.
d. Pemangkasan dilakukan 3 – 4 kali setahun dan dikerjakan pada awal musim hujan.
3) Pangkasan Rejupinasi (pemudaan)
a. Ditujukan pada tanaman yang sudah tua dan produksinya sudah turun menurun
b. Pada awal musim hujan, batang dipotong miring setinggi 40 – 50 cm dari leher akar. Bekas potongan dioles dengan aspal.
c. Tanah disekeliling tanaman dicangkul dan dipupuk
d. Dari beberapa tunas yang tumbuh pelihara 1 -2 tunas yang pertumbuhannya baik dan lurus ke atas.
e. Setelah cukup besar, disambung dengan jenis yang baik dan produksinya tinggi.
Pemupukan
a. Dosis pemupukan kopi per pohon adalah :
Umur 1 tahun : 50 gr Urea, 40 gr TSP, dan 40 gr KCL.
Umur 2 tahun : 100 gr Urea, 80 gr TSP, dan 80 gr KCL.
Umur 3 tahun : 150 gr Urea, 100 gr TSP, dan 100 gr KCL.
Umur 4 tahun : 200 gr Urea, 100 gr TSP, dan 100 gr KCL.
Umur 5-10 tahun : 300 gr Urea, 150 gr TSP, dan 240 gr KCL.
Umur 10 thn keatas : 500 gr Urea, 200 gr TSP, dan 320 gr KCL.
b. Pupuk diberikan dua kali setahun yaitu awal dan akhir musim hujan masing-masing setengah dosis.
c. Cara pemupukan dengan membuat parit melingkar pohon sedalam ± 10 cm, dengan jarak proyek tajuk pohon (± 1 m)
Panen
1) Kopi Arabika mulai berbuah pada umur 4 tahun. 2) Petik buah yang betul masak dengan warna merah, tua agar menghasilkan kopi yang berkualitas. 3) Pada waktu panen (pemetikan) agar berhati-hati supaya tidak ada bagian pohon/cabang/ranting) yang rusak.
budidaya tanaman kopi
Tanaman Kopi merupakan komoditi ekspor yang cukup menggembirakan karena mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi dipasaran dunia, disamping itu tanaman kopi ini adalah salah satu komoditas unggulan.
Tips: | ||||
1 | Syarat Tumbuh | |||
- | Letaknya terisolir dari pertanaman kopi varietas lain lebih kurang 100 meter. | |||
- | Lahan Bebas hama dan penyakit | |||
- | Mudah Pengawasan | |||
2 | Bahan Tanaman | |||
Untuk memperbanyak tanaman di lapangan diperlukan bibit siap salur | ||||
dengan kriteria sebagai berikut: | ||||
- | Sumber benih harus berasal dari kebun induk atau perusahaan | |||
yang telah ditunjuk | ||||
- | Umur bibit 8-12 bulan | |||
- | Tinggi 20-40 cm | |||
- | Jumlah minimal daun tua 5-7 | |||
- | Jumlah cabang primer 1 | |||
- | Diameter batang 5-6 cm | |||
3 | Penanaman | |||
- | Lobang tanam harus dibuat 3 bulan sebelum tanam | |||
- | ukuran lubang 50x50x50 cm, 60x60x60 cm, 75x75x75 cm atau | |||
1x1 m untuk tanah yang berat | ||||
- | Tanah galian diletakkan di kiri dan kanan lubang | |||
- | Lubang dibiarkan terbuka selama 3 bulan | |||
- | 2-4 minggu sebelum tanam, tanah galian yang telah dicampur | |||
dengan pupuk kandang yang masak sebanyak 15/20 kg/lubang, | ||||
dimasukkan kembali kedalam lubang. | ||||
- | Tanah urugan jangan dipadatkan | |||
- | penanaman dilakukan pada musim hujan | |||
- | leher akar bibit ditanam rata dengan permukaan tanah | |||
4 | Pemeliharaan | |||
- | penyiangan dapat dilakukan bersama-sama dengan penggemburan | |||
tanah. | ||||
- | untuk tanaman dewasa dilakukan 2x setahun | |||
- | Tanaman kopi sangat memerlukan naungan untuk menjaga agar | |||
tanaman kopi jangan berubah terlalu banyak sehingga kekuatan | ||||
tanaman cepat habis. | ||||
- | pohon pelindung ditanam 1-2 tahun sebelum penanaman kopi, | |||
atau memanfaatkan tanaman pelindung yang ada | ||||
- | jenis tanaman untuk pohon pelindung antara lain lamtoro, | |||
dadap, sengon. | ||||
5 | Pemupukan | |||
a | Dosis pemupukan kopi perpohon adalah: | |||
. | Umur 1 Tahun | : 50 gr urea, 40 gr tsp, dan 40 gr kcl | ||
. | Umur 2 Tahun | : 100 gr urea, 50 gr tsp, dan 80 gr kcl | ||
. | Umur 3 Tahun | : 150 gr urea, 100 gr tsp, dan 100 gr kcl | ||
. | Umur 4 Tahun | : 200 gr urea, 100 gr tsp, dan 100 gr kcl | ||
. | Umur 5-10 Tahun | : 300 gr urea, 150 gr tsp, dan 240 gr kcl | ||
. | umur 10 th keatas | : 500 gr urea, 200 gr tsp, dan 320 gr kcl | ||
b | Pupuk diberikan 2 x setahun yaitu awal dan akhir musim hujan | |||
masing-masing setengah dosis | ||||
c | cara pemupukan dengan membuat parit melingkar pohon sedalam | |||
lebih kurang 10 cm, dengan jarak proyek tajuk pohon | ||||
(lebih kurang 1 m) | ||||
6 | Pengendalian Hama | |||
a | Hama | |||
- Hama bubuk buah | ||||
- penyebabnya adalah sejenis kumbang kecil yang menyerang | ||||
buah muda dan tua | ||||
- pengendalian hama dengan mekanis yaitu dengan mengumpulkan | ||||
buah-buah yang terserang, secara kultur teknis dengan penja | ||||
rangan naungan dan tanaman sedangkan secara chemis dengan | ||||
insektisida dimecorn 50 scw, tamaron, argothion, lebaycide, sevin | ||||
85 s dengan dosis 2 cc/liter air | ||||
- bubuk cabang (Xyloborus moliberus) | ||||
- menyerang/menggerek cabang dan ranting kecil 3 - 7 dari | ||||
pucuk kopi. daun menjadi kuning dan rontok kemudian cabang | ||||
akan mengering. | ||||
- pengendalian sama seperti pada hama bubuk buah. | ||||
b | penyakit | |||
- penyakit karat daun | ||||
- penyebab adalah sejenis cendawan | ||||
- tanda serangan ada bercak-bercak merah kekuningan | ||||
pada bagian bawah daun, sedangkan dipermukaan daun ada | ||||
bercak kuning, kemudian daun gugur, ujung cabang muda kering | ||||
dan buah kopi menjadi hitam kering dan kualitas tidak baik | ||||
selanjutnya tanaman akan mati | ||||
- pengendalian secara kultur teknis dengan penanaman jenis kopi | ||||
arabika yang tanah sepert s 333, s 288, dan s 795 serta menjaga | ||||
akar kondisi fungsida dithane m-45 dengan dosis 2 gr/liter air | ||||
7 | panen | |||
- kopi arabika mulai berbuah pada umur 4 tahun | ||||
- petik buah yang betul marak dengan warna merah, tua agar | ||||
menghasilkan kopi yang berkualitas. | ||||
-pada waktu panen (pemetikan) agar berhati-hati agar tidak ada | ||||
bagian pohon/cabang/ranting yang rusak |
Senin, 25 April 2011
Senin, 11 April 2011
Selasa, 05 April 2011
alat alat pengolahan tanah
ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN TANAH | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1. PENDAHULUAN
4. PENUTUP I. PENDAHULUAN Menjelaskan metode, peralatan, kinerja mesin-mesin pengolahan tanah dan menguraikan prisip mekanika pada berbagai jenis alat pengolahan tanah. Pemahaman tentang metoda-metoda pengolahan tanah, berbagai jenis peralatan yang digunakan untuk pengolahan tanah baik untuk lahan kering maupun lahan basah, kinerja dari peralatan pengolahan tanah dan uraian prisip mekanika pada alat pengolahan tanah ; sangat dibutuhkan bagi lulusan dalam pekerjaannya baik sebagai perencana maupun sebagai pelaksana dalam usaha manufaktur alat/mesin pengolahan tanah atau usaha pertanian yang memerlukan dukungan mekanisasi pertanian. Mahasiswa dapat menjelaskan metode, peralatan, kinerja mesin-mesin pengo-lahan tanah dan menguraikan prisip mekanika pada alat pengolahan tanah. Tercatat dalam sejarah bahwa sejak beribu-ribu tahun yang lalu pengolahan tanah telah dilakukan oleh sekelompok manusia dengan tujuan untuk meningkatkan produksi pertaniannya. Tenaga hewan digunakan untuk membajak tanah sejak 7000 tahun yang lalu. Pada penemuan arkeologi dan tulisan-tulisan kuno diketahui bahwa ada pendapat dimana membajak tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah. Dalam tulisan-tulisan ilmiah abad ke-19, bahasan mengenai pengolahan tanah agaknya bertitik tolak dari pandangan ini. Timbul banyak pertanyaan dengan cara bagaimana kesuburan tanah dapat ditingkatkan. Paling tidak dalam setengah abad pertama dari abad ke-20, terdapat dua pendekatan utama dalam penelitian-penelitian mengenai pengolahan tanah. Kelompok ilmuwan pertama mulai dengan mempertanyakan tentang kondisi tanah yang bagaimana yang cocok untuk pertumbuhan tanaman. Sementara kelompok kedua mempermasalahkan tentang cara terbaik untuk mengolah tanah. Kelompok pertama memperoleh jawaban antara lain bahwa pengolahan tanah dapat memperbaiki ketersediaan (availability) air dan udara di dalam tanah ; sementara kelompok kedua menemukan jawaban bahwa dengan pembajakan yang dalam dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pembajakan yang dangkal. Kedua pendapat ini masing-masing mempunyai kelemahan. Pada pertengahan abad ke-20 berbagai upaya dicoba untuk menggabungkan kedua pendekatan ini yaitu dengan mempelajari hubungan sebab akibat dari pengolahan tanah dan produksi tanaman. Telah diketahui bahwa pengolahan tanah dapat merubah dan atau memperbaiki struktur tanah serta memberantas gulma. Perbaikan struktur tanah dengan pengolahan tanah diduga dapat berpengaruh baik pada pertumbuhan tanaman, meskipun pendapat tersebut sulit dibuktikan karena hanya melihat aspek fisik tanahnya saja. Yang pasti bahwa memberantas gulma akan memberikan keuntungan bagi pertumbuhan tanaman. Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa penelitian-penelitian mengenai pengolahan tanah terbagi dalam dua aliran, yaitu aliran yang memberikan penekanan pada pengendalian gulma dan aliran yang memberikan penekanan pada perbaikan struktur tanah. Terlepas dari ada tidaknya pengaruh pengolahan tanah pada produksi tanaman, pengolahan tanah sampai kini tetap saja dilakukan petani paling tidak untuk mempermudah pekerjaan berikutnya. Tujuan utama dari pengolahan tanah adalah menciptakan kondisi tanah yang paling sesuai untuk pertumbuhan tanaman dengan usaha yang seminimun mungkin. Selama ini tujuan tersebut seringkali dicapai dengan mengaplikasikan cara cut and try baik dalam mengembangkan metoda pengolahan tanah maupun mengembangkan atau memperbaiki disain peralatan pengolahan tanah yang sudah ada. Tujuan khusus dari pengolahan tanah adalah sebagai berikut (Kepner, et al, 1972) :Pada situasi seperti ini maka diperlukan pengetahuan (knowledge) mengenai proses pengolahan tanah sehingga memungkinkan untuk memprediksi biaya dan hasil pengolahan tanah secara jelas dan efisien. Pengetahuan tersebut tidaklah mudah namun haruslah dimiliki (analisis). Begitu kompleksnya permasalahan yang dihadapi maka dalam analisis perlu dilibatkan berbagai cabang ilmu lainnya (sistematis). Dengan demikian dapat dikembangkan metoda untuk memprediksi apakah bentuk proses dapat berlaku atau tidak, dan bahkan dapat memprediksi informasi mengenai bentuk proses secara kuantitatif (prediksi). Telah banyak dipublikasikan artikel penelitian mengenai alat pengolahan tanah namun pada umumnya artikel tersebut hanya terbatas pada satu atau beberapa jenis alat dan beroperasi terbatas pada beberapa kondisi tanah saja.
Pengolahan tanah tidak hanya merupakan kegiatan lapang untuk memproduksi hasil tanaman, tetapi juga berkaitan dengan kegiatan lainnya seperti penyebaran benih (penanaman bibit), pemupukan, perlindungan tanaman dan panen. Keterkaitan ini sangat erat sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam pengolahan tanah tidak terlepas dari keberhasilan dalam kegiatan lainnya. Pengolahan tanah mempengaruhi penyebaran dan penanaman benih. Pengolahan tanah dapat juga dilakukan bersamaan dengan pemupukan serta dianggap pula sebagai suatu metoda pengendalian gulma. Berkaitan dengan sejarah pengolahan tanah maka perkembangan dalam tujuan serta metoda pengolahan tanahnya diikuti pula dengan perkembangan dalam disain peralatan baik dari segi bahan maupun bentuk alat. Banyak bukti menunjukkan bahwa bajak ringan terbuat dari kayu telah digunakan secara besar-besaran di daerah Euphrates dan Nile Rivers sekitar tahun 3000 B.C. bahkan digunakan sebagai tenaga penggerak/penarik peralatan pertanian, menyiapkan tanah untuk penanaman Barley, Wheat dan lain-lain tanaman yang populer pada jaman itu. Bajak yang digunakan pada waktu itu tidak beroda atau bajak singkal yang digunakan untuk membalik tanah dan membuat furrow. Paling tidak peralatan tersebut dapat berfungsi memecahkan tanah dan untuk menutup benih. Contoh bajak yang terbuat dari kayu dari Mesir diperlihatkan pada Gambar 1. Gambar 1. Bajak kayu kuno di Thebes, Mesir pada 300 B.C. Bajak telah digunakan juga di India selama beribu-ribu tahun. Peralatan kuno tidak beroda dan moldboard terbuat dari kayu keras (wedge-shaped hardwood blocks) yang ditarik oleh sapi (bullock). Dengan alat ini tanah hanya dipecahkan kedalam bentuk clods tetapi tidak dibalik; dan pengolahan pertama ini kemudian diikuti dengan penghancuran “clod” dan perataan tanah dengan alat barupa batang kayu berbentuk empat persegi panjang yang ditarik oleh sapi. Pisau bajak besi muncul di Roma pada kira-kira 2000 tahun yang lalu sebagaimana pisau coulter. Pada waktu itu masih belum juga ditemukan bajak singkal yang berfungsi membalik tanah. Pada tanah yang berat dan keras, pisau bajak besi ini ditarik oleh sekelompok sapi jantan (oxen). Ada laporan yang menyatakan bahwa bajak yang dilengkapi dengan roda ditemukan di Itali utara pada sekitar tahun 100 A.D. Suatu alat yang lebih lengkap, terdiri dari roda, coulter pemotong dan moldboard digunakan di Eropa pada tahun 1500 A.D. seperti tertera pada Gambar 2. Peralatan ini dapat digunakan untuk membalik tanah dan membuat furrow dan kasuran benih. Gambar 2. Bajak beroda dua dengan coulter dan moldboard, ditemukan pada abad ke-16 di Eropa 2. SISTEMATIKA DAN PROSES PENGOLAHAN TANAH Alat dan Komponen Operasi Peralatan pengolahan tanah dan roda yang terpasang pada traktor, harvester, trailer dan sebagainya memperlihatkan sejumlah bentuk dan dimensi. Uraian ini hanya akan dibatasi pada komponen yang berhubungan dengan tanah secara langsung, seperti dasar bajak (bottom-plow), chisel. dan alat lainnya termasuk roda. Komponen-komponen tersebut biasanya disebut sebagai komponen operasi (operating tools). Lebih lanjut uraian ini juga hanya akan terbatas pada komponen operasi yang bekerja dengan kecepatan konstan pada lintasan horisontal dan tidak terpengaruh oleh komponen operasi lainnya yang bekerja disekitarnya. Pengolahan Tanah dan Pembebanan Proses pengolahan tanah yang melibatkan faktor-faktor seperti alat, pengatur alat dan tanah akan terlihat selama alat tersebut bekerja pada tanah. Proses ini meliputi gerakan dan gaya pada tanah sebagai akibat dari kerja alat pada saat itu. Pada kegiatan pengolahan tanah terdapat dua proses/kejadian yang berlangsung secara bersamaan ataupun terpisah yaitu, pemotongan/penggemburan tanah dan pembebanan pada tanah. Proses penggemburan adalah proses yang berhubungan dengan pemecahan/pemisahan suatu massa tanah menjadi agregat tanah yang berukuran lebih kecil seperti yang dihasilkan dari pekerjaan pembajakan, penggaruan dan sebagainya. Proses pembebanan adalah proses yang berhubungan dengan sifat-sifat tanah seperti menaiknya kekuatan tanah (soil strength) sebagai akibat lintasan roda, land rollers dan sebagainya. Pengantar Proses Pengolahan Tanah Berikut ini akan disajikan gambaran secara skematik mengenai proses pengolahan tanah secara sederhana. Gambar 3. menunjukkan penampang vertikal dari tanah (a) dan proses yang terjadi pada tanah (b). Dalam hal ini tanah dianggap terdiri dari elemen-elemen (massa tanah berbentuk kubus) yang digambarkan dalam bentuk mesh pada Gambar. Ukuran dari elemen-elemen ini haruslah sekecil mungkin sehingga tekanan (stress) pada setiap sisi dari elemen tersebut akan tersebar merata. Pada proses pengolahan tanah banyak diantara elemen tersebut pecah. Gambar.3. Pemecahan suatu volume tanah pada proses penggemburan Pada umumnya konsentrasi dari tekanan tinggi akan diikuti dengan konsentrasi tegangan basar yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya peruntuhan (failure). Gambar 4 menunjukkan konsentrasi deformasi tanah sebagai akibat dari konsentrasi tekanan. Pemecahan elemen terjadi akibat penetrasi kerucut (cone) kedalam blok tanah yang berkelanjutan sampai terjadi pemecahan clod oleh beban vertikal tersebut. Gambar 5 selanjutnya menunjukkan bahwa meningkatnya tekanan menghasilkan deformasi dalam bentuk pemadatan (compaction) terutama apabila tanah dalam kondisi lemah. Untuk keperluan tertentu pemadatan diperlukan untuk memperkuat bagian tanah yang lemah. Bila tekanan terus ditingkatkan maka proses pemadatan akan terjadi pada seluruh bagian/elemen tanah. Gambar 5b dan 5c menunjukkan deformasi yang tidak stabil. Elemen volume pada Gambar 5b mengalami pembebanan tanpa adanya penyangga lateral sehingga kemungkinan terjadi pemadatan searah. Apabila beban ditingkatkan maka elemen akan memendek yang mempengaruhi pergerakan relatif antara partikel. Oleh karena tanah pada mulanya memang sudah dalam keadaan padat maka pergerakan relatif tersebut akan menimbulkan sedikit penggemburan pada kemasan. Penggemburan ini terjadi khususnya pada bagian yang paling lemah dari elemen yang bahkan juga menyebabkan bagian tersebut semakin lemah. Pada pembebanan lebih lanjut, deformasi dan penggemburan akan lebih terkonsentrasi pada bagian tersebut yang pada akhirnya terjadi keruntuhan lokal. Deformasi yang terjadi apakah stabil atau tidak akan sangat tergantung pada bentuk tegangan (stress state) dan karakteristik dari tanah. Karakteristik dari tanah mempunyai dua arti dalam kaitannya dengan stabilitas, karena bentuk tegangan dalam suatu proses pengolahan tanah juga dipengaruhi oleh sifat tanah : pada tanah yang sangat plastis, deformasi yang berlebihan kadang-kadang menghambat adanya bentuk tegangan sebagaimana disebut favor unstable phenomena. Gambar 4. Konsentrasi deformasi yang disebabkan oleh konsentrasi tekanan Catatan Historis Studi Proses Penggemburan TanahDari studi literatur diketahui bahwa penelitian yang berhubungan dengan proses penggemburan tanah lebih terpusat pada peralatan berikut : “Tine” dan Bajak. Alat Tine mewakili kelompok alat dengan bentuk sederhana dengan ukuran dan fungsi tertentu, sedangkan bajak mewakili kelompok alat yang berbentuk kompleks, memiliki kurvatur dan bentuk tidak simetris lainnya. Untuk tujuan penyederhaan, dalam uraian proses dan sistematika pengemburan tanah, kedua alat ini dianggap mewakili kelompok alat pengolahan tanah yang ada. Gambar 5. Deformasi tetap (a) dan tidak tetap (b dan c). Uraian lebih lanjut tidak akan menggunakan skema di atas tetapi akan didasarkan pada pendekatan aplikasi praktis. Apabila tanah hendak digemburkan maka diperlukan suatu alat yang dioperasikan pada tanah. Alat tersebut dinamakan "Tine" apabila efek penggemburan yang dicapai lebih diutamakan dibandingkan dengan lebar alat. Sedangkan alat operasi akan disebut "bajak" bila efek penggemburan terutama dibatasi pada tanah sebatas lebar alat operasi. Definisi ini memberikan implikasi bahwa sebenarnya tidak ada batasan yang jelas antara tipe-tipe alat dimana masing-masing mempengaruhi tanah dalam batas kelebaran alat dan juga irisan tanah di luar alat. Terlepas dari nama alat operasi tersebut, yang terpenting untuk dibahas adalah fenomena yang terjadi selama kedua alat tersebut bekerja. Pada prinsipnya fenomena yang terjadi di depan alat Tine sama dengan yang terjadi pada alat bajak. Beberapa perbedaan penting yang dapat ditunjukkan adalah : - Untuk hasil penggemburan yang sama per satuan jarak, ternyata Tine akan lebih sederhana dan lebih murah daripada bajak.Sistematika dan Proses Pengolahan Tanah dengan Alat Tine Pada pengolahan tanah dengan Tine, tipe tanah, ukuran Tine dan kecepatan operasi menentukan bentuk proses yang terjadi. Gambar berikut ini menunjukkan beberapa tipe dan bentuk Tine yang umum digunakan. Ciri-ciri Tine tersebut adalah sebagai berikut : - Tine A : lurus, vertikal dan tanpa profil Gambar 6. Beberapa bentuk Tine Bidang yang melalui N, B, I, P adalah bidang vertikal simetris yang melalui Tine yang searah dengan arah operasi. Pada saat tertentu (waktu t), C, E, B, F merupakan satu sisi dari wedge dan C, B, I, M adalah setengah dari bidang pembatas antara tanah yang belum terolah dan tanah olahan yang beada di depan Tine. Dengan bergeraknya Tine ke kanan, permukaan C, B, I, M akan dibebani oleh tanah dari bawah wedge dan tanah olahan yang berada di depan Tine. Pada waktu tertentu (waktu t'), beban pada C, B, I, M menjadi sangat besar sehingga menyebabkan keruntuhan sepanjang permukaan keruntuhan baru C', B', I', M' dan tanah dari C, B, I, M, C', B', I', M' sebagian akan bergabung dengan wedge dan sebagian lagi dengan tanah olahan. Apabila Tine bergerak lebih ke dapan maka proses tersebut akan terulang. Selama Tine bergerak maju, soil wedge secara perlahan akan bergerak ke atas dan bagian atas akan pecah dan terbuang ke samping dengan interval yang teratur. Ada tanah olahan yang berada di depan dan di samping Tine yang terangkut ke depan, ke atas dan ke samping dan ada sebagian tanah olahan yang terbuang ke furrow di belakang Tine. Gambar 7. Proses pemotongan tanah dengan Tine. Crescent Soil : Derajat kegemburan crescent soil ini sangat bervariasi. Kasus ekstrim terjadi apabila sesudah pemotongan, terjadi sedikit atau mungkin tidak terjadi penggemburan tanah pada C, B, I, M,C', B', I', M'. Selanjutnya bongkahan tanah yang baru terbentuk akan tetap seperti bentuk crescent soil (Payne, 1956). Akan tetapi dalam banyak kasus, penggemburan lanjutan akan terjadi terutama pada kecepatan tinggi dan pada tanah yang heterogenitasnya besar (Payne, 1956)., Furrow : Geometri furrow disajikan pada Gambar 8. Gambar 9 menunjukkan bahwa makin dalam pengolahan tanah maka lebar furrow makin kurang tergantung pada kedalaman pengolahan. Lebar furrow sedikit bertambah dengan meningkatnya kecepatan. Jarak antara Tine dan ujung furrow untuk beberapa jenis tanah ditunjukkan pada Gambar 10. Tanah gembur hasil pengolahan yang didorong oleh Tine, sebagian jatuh ke belakang ke dalam furrow dan sebagian lagi tertinggal di luar furrow di atas permukaan tanah yang belum terolah. Biasanya pada bagian tengah furrow terbentuk alur (trench) kecil dengan bedengan kecil di sisi lainnya. Apabila tidak terbentuk banyak crescent, maka clod tanah akan memiliki bentuk dan posisi yang seragam dalam pola yang teratur, seperti yang ditemukan oleh Payne (1956). Gambar 8. Bentuk furrow pada pengolahan dengan Tine A Gambar 9. Lebar furrow sebagai fungsi kedalaman Tine (O’Callaghan dan Farraelly, 1964) Gambar 10. Jarak x sebagai fungsi kedalaman Tine (Payne, 1956) Sistematika dan Proses Pengolahan Tanah dengan Bajak Proses yang terjadi pada pengolahan tanah dengan bajak dapat diasumsikan terdiri dari beberapa bagian proses. Untuk alat ini, proses yang terjadi terdiri dari proses intake, main flow dan output. Proses intake merupakan proses dimana suatu bagian/lapisan tanah dipisahkan dari bagian utamanya. Proses main flow adalah proses yang terjadi selama tanah bergerak sepanjang bagian alat (plough-body). Proses output mencakup perubahan yang terjadi setelah irisan tanah terlepas dari alat. Sebagai contoh, pada Gambar 11 disajikan beberapa karakteristik bajak dengan batasan masing-masing proses : a-h disebut sebagai bajak 2-diraensi dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1) lebar tidak terbatas, 2) mempunyai cutting edge horisontal yang selalu tegak lurus terhadap arah kerja. Dalam hal ini proses tidak bervariasi sepanjang arah horisontal yang tegak lurus dengan arah kerja, bila efek keragaman tanah tidak diperhitungkan. Pada bajak 2-dimensi, karakteristik yang penting adalah bentuk permukaan, sudut potong, dan kedalaman pengolahan yang berkaitan dengan ukuran seperti ketinggian alat. Apabila masing-masing dari ketiga karakteristik ini, dipilih dua katagori maka akan ada delapan bajak standar sesuai dengan yang tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Karekteristik Bajak 2-dimensi Bajak lain yang ditunjukkan pada Gambar 11. lebih banyak dikenal penggunaannya pada pertanian, yaitu : bajak singkal, rotary, sweep, bajak pemanen kentang. Pada gambar terlihat bahwa A, B, dan C masing-masing menunjukkan proses intake, main flow dan output. Ternyata tidak semua bagian proses dapat dilihat secara jelas pada setiap alat.Proses Intake : Bentuk-bentuk proses intake dikatagorikan sebagai berikut.
Gambar 11. Beberapa bentuk bajak (A=intake, B= main flow, C= output) Pada katagori kedua, setiap elemen volume tanah mengalami deformasi yang memungkinkan irisan tanah tersebut mengikuti perubahan sesuai dengan arah kerja alat tanpa mengalami pecah. Pada katagori ketiga, mata bajak masuk ke dalam tanah dan menyebabkan timbulnya tegangan di dalam tanah, yang pada waktu tertentu akan mulai timbul retakan. Kejadian tersebut akan berlanjut ke arah horisontal yang sekaligus membuka lintasan bagi pisau bajak. Gambar 12. Proses intake Jadi pada proses intake, ada masanya dimana mata pisau menembus atau memotong tanah baru (utuh) dan adakalanya berkerja sebagai wedge sebagaimana retak yang biasanya berlanjut secara kontinyu dengan arah yang berubah-ubah. Batas gerakan dan gerak pembentukan retakan dapat saling mempengaruhi sehingga memungkinkan timbulnya fenomena berikut, yaitu terbentuknya lubang atau saluran di bagian dasar furrow dan irisan yang tertinggal di bawah furrow serta irisan yang tertinggal pada proses main flow. Proses Main Flow : Bentuk dasar dari main flow adalah ditentukan oleh variasi cekungan (kurvatur) pisau bajak. Berikut ini diperlihatkan beberapa contoh variasi cekungan bajak : -
Terdapat tiga tipe irisan tanah yang akan melalui proses main flow, yaitu (Gambar 13) :
Gambar 13. Tipe Main Flow Irisan tipe III : Apabila proses intake menghasilkan suatu set potongan tanah yang bergerak paralel satu dengan lainnya, maka gerakan paralel ini akan dipertahankan seterusnya sepanjang pisau bajak dan akan tetap paralel meskipun terjadi perubahan pada cekungan permukaan alat. Bila gaya tarik menarik atau daya ikat antara potongan tanah lemah pada pisau yang memiliki cekungan, maka bagian dasar dari potongan ini akan meremah dan mengisi/ menempati cekungan pisau bajak. Selanjutnya permukaan pisau bajak akan berubah kira-kira menjadi sama dengan pisau datar tanpa cekungan, dan potongan tanah tidak lagi bergerak paralel satu dengan lainnya (Gambar 14 ). Gambar 14. Retakan yang terbentuk karena tidak terjadi kontak antara permukaan pisau dan tanah Gambar 15. Kelengketan tanah (sticking) pada permukaan Gambar 16. Proses pengisian tanah pada cekungan pisau
Proses Output : Merupakan proses perubahan yana terjadi pada saat tanah meninggalkan bajak, Apabila tanah masih berbentuk irisan pada saat meninggalkan bajak maka tanah tersebut akan mengalami tegagan yang besar pada penampang ujung irisan. Pada kepanjangan tertentu irisan tanah tersebut akan pecah dan terputus. Bila keruntuhan permukaan telah selesai, maka terbentuk potongan-potongan tanah yang akhirnya jatuh bebas. Biasanya potongan tanah ini mempunyai bentuk dan dimensi yang berbeda dengan potongan tanah yang terbentuk pada proses intake dan main flow. Lamanya pembentukan potongan-potongan tanah pada proses pemecahan sangat tergantung pada kekuatan tanah (soil strength) dan derajat peremahan (weakening) yang terjadi pada proses intake dan main flow. Gambar 17 memperlihatkan bentuk dan ukuran potongan-potongan tanah yang terbentuk pada saat tanah meninggalkan bajak. Pada Gambar terlihat retakan yang terbentuk selama proses intake dan main flow digambarkan dengan garis tebal, sedangkan retakan yang terjadi pada saat tanah meninggalkan bajak digambarkan dengan garis putus-putus. Notasi a, b, c, d dan e menunjukkan perbedaan dalam hal pembentukan retakan baik jumlah maupun jaraknya. Potongan tanah yang panjang pada Gambar d adalah merupakan output dari irisan tanah yang berkohesi tinggi. Gambar 17. Bentuk dan ukuran potongan tanah pada proses output. Sebagaimana diuraikan di atas bahwa pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk mempersiapkan lahan bagi pertumbuhan tanaman dengan cara menciptakan kondisi tanah yang siap tanam. Walaupun pengolahan tanah sudah dilakukan oleh manusia sejak dahulu kala dan sudah mengalami perkembangan yang demikian pesat baik dalam metode maupun peralatan yang digunakan, tetapi sampai saat ini pengolahan tanah masih belum dapat dikatakan sebagai ilmu yang pasti (eksakta) yang dapat dinyatakan secara kuantitatif. Belum ada metode yang memuaskan yang tersedia untuk menilai hasil olah yang dihasilkan oleh suatu alat pengolah tanah tertentu, serta belum dapat ditentukan suatu kebutuhan hasil olah yang khusus untuk berbagai tanaman untuk lahan kering (Bainer, et al, 1960). Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa masalah pengolahan tanah merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan produksi pertanian yang optimal. Kondisi tanah yang baik adalah salah satu faktor berhasilnya produksi tanaman, dan untuk mencapai kondisi tanah yang baik diperlukan alat-alat pertanian. Akhir-akhir ini masalah yang utama didalam pembukaan dan pengolahan tanah adalah bagaimana agar didapatkan efisiensi yang optimal. Hal ini dimaksudkan dari pengertian minimal tillage yaitu pengolahan yang seminimal mungkin, tetapi menghasilkan tanah yang baik dan pertumbuhan tanaman yang optimal dengan biaya yang rendah. Pekerjaan pengolahan tanah dapat dibagi menjadi pengolahan tanah pertama dan pengolahan tanah kedua. Peralatan pengolahan tanah pertama disebut juga pembajakan. Alat Pengolahan Tanah Pertama Alat pengolahan tanah pertama adalah alat-alat yang pertama sekali digunakan yaitu untuk memotong, memecah dan membalik tanah. Alat-alat tersebut dikenal ada beberapa macam, yaitu : 1. bajak singkal (moldboard plow)1. Bajak Singkal Bajak singkal ini dapat digunakan untuk bermacam-macam jenis tanah dan sangat baik untuk membalik tanah. Bagian dari bajak singkal yang memotong dan membalik tanah disebut bottom. Suatu bajak dapat terdiri dari satu bottom atau lebih. Bottom ini dibangun dari bagian-bagian utama, yaitu : 1) singkal (moldboard), 2) pisau (share), dan 3) penahan samping (landside). Ketiga bagian utama tersebut diikat pada bagian yang disebut pernyatu (frog). Unit ini dihubungkan dengan rangka (frame) melalui batang penarik (beam). Bagian-bagian dari bajak singkal satu bottom secara terperinci dapat dilihat pada gambar 18. Gambar 18. Bagian Bajak Singkal Satu Bottom Singkal akan menerima potongan tanah, dan karena kelengkungannya maka potongan tanah akan dibalik dan pecah. Kelengkungan singkal ini berbeda untuk kondisi dan jenis tanah yang berbeda agar diperoleh pembalikan dan pemecahan tanah yang baik. Penahan samping adalah bagian yang berfungsi untuk menahan tekanan samping dari keratan tanah pada singkal, disamping sekaligus menjaga kestabilan jalannya bajak sewaktu bekerja. Bagian yang paling banyak bersinggungan dengan tanah dari bagian ini adalah bagian belakang yang disebut tumit (heel). Untuk menjaga keausan karena gesekan dengan tanah, bagian tumit ini dalam pembuatannya diperkeras. Selain dari bagian-bagian diatas, bajak singkal diperlengkapi dengan alat yang disebut pisau pemotong (coulter). Bagian ini berfungsi untuk membelah tanah atau tumbuhan atau sampah-sampah yang ada diatas tanah sebelum pisau bajak memotong tanah. Dengan demikian sisa-sisa tumbuhan diatas tanah dapat dibalik dengan baik dan memperingan pekerjaan pisau bajak. Ada dua bentuk pisau pemotong, yaitu pisau pemotong stasioner (stationary knife) dan pisau pemotong berputar (rolling coulter) seperti terhhat pada Gambar 19.
Gambar 19. Beberapa Jenis dari Pisau Pemotong (Coulter) Ukuran bajak adalah lebar bajak, dinyatakan dalam satuan panjang. Ukuran dari satu bajak adalah dengan mengukur jarak dari sayap (wing) sampai penahan samping. Secara teoritis ukuran ini dapat dianggap sebagai lebar pembajakan atau lebar pemotong tanah.Bajak singkal apabila dilihat dari atas atau samping akan terlihat suatu rongga atau hisapan (suction). Suction ini perlu untuk mencapai kedalaman atau lebar potongan bajak. Besarnya suction ini beragam dari 1/8 sampai 3/16 inci. Ukuran ini disebut juga celah (clearance). Tempat dari suction ini berbeda untuk bajak yang mempunyai roda belakang (real furrow wheel) dan tanpa roda belakang (Gambar 20 dan 21). Disamping untuk pemotongan tanah, hisapan (suction) ini berperan juga dalam menstabilkan jalannya bajak. Hisapan Kebawah (Down suction) atau celah vertikal (vertical clearance) beragam dari 1/8 sampai 3/16 inci pada bajak tanpa roda belakang tergantung dari jenis alat dan jenis tanah. Pada bajak dengan roda belakang, hisapan kebawah (down suction) sebesar 1/4 sampai 1/2 inci.
Gambar 20. Hisapan (Suction) pada Bajak Singkal yang mempunyai Roda Belakang (Rear Furrow Wheel)
Gambar 21. Hisapan (Suction) pada Bajak Singkal yang tidak Mempunyai Roda Belakang Bila bajak singkal bekerja memotong dan membalik tanah maka akan terbentuk alur yang disebut furrow. Bagian tanah yang diangkat dan diletakkan kesamping, disebut keratan tanah (furrow slice). Bila pekerjaan dimulai dari tengah areal secara bolak-balik dan arah perputaran ke kanan, maka akan berbentuk alur balik (Back furrow) (Gambar 22). Bila pekerjaan bolak balik dimulai dari tengah dan arah perputaran ke kiri, maka akan terbentuk alur mati (Dead furrow). Pembalikan tanah umumnya kekanan.Dalam operasional bajak dapat digolongkan atas bajak tarik (trailing moldboard plow) dan bajak yang dapat diangkat secara hidrolik (mountedmoldboard plow). Dilihat dari hasil kerjanya dapat digolongkan atas bajak satu arah (one way) dan bajak dua arah (two way). Menggunakan bajak dua arah memberikan keuntungan dalam menghindari terbentuknya alur balik (back furrow). Gambar 22. Hasil Pembajakan dengan Menggunakan Bajak Singkal 2. Bajak Piring Piringan dari bajak ini diikat pada batang penarik melalui bantalan (bearing), sehingga pada saat beroperasi ditarik oleh traktor maka piringannya dapat berputar. Dengan berputaraya piringan, maka diharapkan dapat mengurangi gesekan dan tahanan tanah (draft) yang terjadi. Piringan bajak dapat berada disamping rangka atau berada di bawah rangka. Bagian-bagian dari bajak piring dapat dilihat pada Gambar 23, sedangkan hasil pembajakannya dapat dilihat pada Gambar 24. Setiap piringan dari bajak piringan biasanya dilengkapi dengan pengeruk (scraper) yang berguna selain untuk membersihkan tanah yang lengket pada piringan, juga membantu dalam pembalikan potongan tanah. Untuk menahan tekanan samping yang terjadi saat bajak memotong tanah, bajak piring dilengkapi dengan roda alur belakang (rear furrow wheel). Beberapa keuntungan menggunakan bajak ini adalah : a. Dapat bekerja ditanah keras dan kering Gambar 23. Bagian-bagian Bajak Piring Gambar 24. Hasil Pembajakan dengan Menggunakan Bajak Piring (Disk Plow) Tipe tarik dapat dibagi lagi atas biasa (reguler) dan satu arah (oneway). Reguler trailing disk plow ditarik di belakang traktor. Alat ini dilengkapi dengan roda yaitu 2 buah roda alur (furrow wheel) dan satu buah roda lahan (land wheel). Kedua roda alur (furrow wheel),berperan untuk menstabilkan jalannya bajak. Pada tanah-tanah berat digunakan heavy way disk plow untuk mendapatkan pengolahan yang dalam. One way disk plowadalah piring bajak yang di susun dalam satu gang melalui suatu poros. Jarak antara piringan adalah 8 sampai 10 inci. Jumlah piringan dapat beragam dari 2 sampai 35 buah dengan ukuran diameter piring dari 20 sampai 26 inci. Tipe hubungan langsung atau disebut juga semi mounted disk plow di bagian depannya dapat diangkat menggunakan sistem hidrolik traktor sehingga memudahkan alat sewaktu berputar. Alat ini dapat berputar pada areal yang sempit dan juga dapat mundur. Tipe diangkat sepenuhnya ditarik dibelakang traktor dipasang pada tiga titik gandeng dan keseluruhannya dapat diangkat menggunakan sistem hidrolik traktor, sehingga sangat mudah dalam transportasi. Tipe one way disk plow yang kecil dapat juga termasuk Integral mounted., bila dapat diangkat keseluruhannya dengan hidrolik traktor. 3. Bajak Rotari / Pisau Berputar Bajak rotari adalah bajak yang terdiri dari pisau-pisau yang berputar. Berbeda dengan bajak piringan yang berputar karena ditarik traktor, maka bajak ini terdiri dari pisau-pisau yang dapat mencangkul yang dipasang pada suatu poros yang berputar karena digerakan oleh suatu motor. Bajak ini banyak ditemui pada pengolahan tanah sawah untuk pertanaman padi. Ada tiga jenis bajak rotari yang biasa dipergunakam. Jenis pertama yang disebut dengan tipe tarik dengan mesin tambahan (pull auxiliary rotary engine). Pada jenis ini terdapat motor khusus untuk menggerakkan bajak, sedangkan gerak majunya ditarik oleh traktor (Gambar 25). Jenis kedua adalah tipe tarik dengan penggerak PTO (pull power take off driven rotary plow). Alat ini digandengkan dengan traktor melalui tiga titik gandeng (three point hitch). Untuk memutar bajak ini digunakan daya dari as PTO traktor (gambar 26). Jenis ketiga adalah bajak rotari tipe kebun berpenggerak sendiri (self propelled garden type rotary plow). Alat ini terdapat pada traktor-traktor roda 2. Bajak rotari digerakkan oleh daya penggerak traktor melalui rantai atau sabuk. Dapat juga langsung dipasang pada as roda, sehingga disamping mengolah tanah bajak ini juga berfungsi sebagai penggerak (gambar 27). Gambar 25. Bajak Rotari Tipe Vertikal Gambar 26. Bajak Rotari Tipe Tarik Berpenggerak PTO Gambar 27. Bajak Rotari Tipe Kebun Berpenggerak Sendiri Alat ini berbentuk tajak yang disusun pada suatu rangka. Digunakann untuk memecah tanah yang keras sampai kedalaman sekitar 18 inci. Diperlengkapi dengan 2 buah roda yang berguna untuk transportasi dan mengatur kedalaman pemecah tanah. Jarak antara tajak dapat beragam dari 1 sampai 2 inci. Alat ini, tidak membalik tanah seperti bajak yang lain, tapi hanya memecah tanah dan sering digunakan sebelum pembajakan tanah dimulai (Gambar 28). 5. Bajak Subsoil Alat ini hampir sama dengan bajak chisel hanya bentuknya lebih besar dan digunakan untuk pengolahan tanah yang lebih dalam. Menggunakan alat ini dapat memecahkan tanah pada kedalaman 20 sampai 36 inci. Alat ini sering juga digunakan untuk memecahkan lapisan keras didalam tanah (hardpan), atau untuk memperbaiki drainase tanah (Gambar 29). Gambar 28. Bajak Chisel Gambar 29. Bajak Subsoil Alat ini sesuai dengan namanya, berbentuk sangat besar dan digunakan untuk membalik tanah pada kedalaman 100 sampai 180 cm. Dengan menggunakan alat ini tanah subur yang ada di dalam tanah dap at diangkat keatas permukaan tanah. Dapat berbentuk bajak singkal atau bajak piringan. Pengolahan tanah kedua dilakukan setelah pembajakan. Dengan pengolahan tanah kedua, tanah menjadi gembur dan rata, tata air diperbaiki, sisa-sisa tanaman dan tumbuhan pengganggu dihancurkan dan dicampur dengan lapisan tanah atas, kadang-kadang diberilcan kepadatan tertentu pada permukaan tanah, dan mungkin juga dibuat guludaa atau alur untuk pertanaman. Alat pengolah tanah kedua yang menggunakau daya traktor antara lain: 1) garu (harrow), 2) perata dan penggembur (land roller dan pulverizer), dan 3) alat-alat lainnya. 1. Garu Beberapa jenis garu yang dipakai pada pengolahan tanah kedua adalah : a) garu piring (disk harrow), b) garu palcu (splice tooth harrow), c) garu pegas (spring tooth harrow), d) garu rotari, dan e) garu khusus (special harrow). a. Garu Piring. Garu ini dapat digunakan sebelum pembajakan untuk memotong rumput-rumput pada permukaan tanah, untuk rnenghancurkan permukaan tanah sehingga keratan tanah ( furrow slice) lebih berhubungan dengan tanah dasar. Juga dapat digunakan untuk penyiangan, atau untuk menutup biji-bijian yang ditanam secara sebar. Secara umum garu piring dibagi atas : 1) garu piring tipe tarik (trailing disk harrow), dan 2) garu piring tipe angiat (mounted disk harrow). Garu piring dapat mempunyai aksi tunggal (single action) apabila pada saat memotong tanah hanya melempar tanah ke satu arah saja. Juga dapat mempunyai aksi ganda (double action ) apabila piringan yang di depan berlawanan arah dengan yang di belakang dalam melempar tanah. Gambar 30 menunjukkan garu piring aksi tunggal, sedangkan Gambar 31. memperlihatkan garu piring aksi ganda. Gambar 30. Garu Piring Aksi Tunggal Apabila posisi garu piring dalam penggandengannya dengan traktor menyamping, maka garu tersebut disebut garu offset. Bagian-bagian dari garu piring adalah : piringan (disk), as (gang/arbor bolt), rangka (frame), bantalan (bearing), bumper, kotak pemberat, dan pembersih tanah (scaper). Piringan dap at bersisi rata atau bergerigl Piringan yang bergerigi biasanya digunakan pada lahan yang mempunyai banyak sisa-sisa tanaman. Ukuran umum berkisar antara 45 sampai 60 cm, sedangkan untuk tugas berat (heavy duty) antara 65 sampai 70 cm. Piringan dipasang pada suatu as yang berbentuk persegi dengan jarak antara 15 sampai 22 cm, atau 25 sampai 30 untuk tugas berat dan masing-maing dipisahkan oleh gelondong (spool). Masing-masing as (gang) diikat ke rangka melalui standar yang berdiri pada bantalan. Untuk garu yang ringan satu as mempunyai dua bantalan, sedangkan yang berat lebih dari dua bantalan. Pada ujung as di bagian cembung piringan ditempatkan bumber berupa besi tuang yang eukup berat untuk menambah tekanan ke samp ing. Apabila garu piring tidak cukup berat untuk memecah tanah, maka dapat ditambah beban yang ditempatkan pada kotak pemberat. Untuk membersihkan tanah yang melekat pada piringan, biasanya setiap piringan dilengkapi dengan pengeruk tanah (scraper) yang diikat pada rangka. Gambar 31. Garu Piring Aksi Ganda Gambar 32. Salah Satu Bentuk dari Garu Paku Garu ini mempunyai gigi yang bentuknya seperti paku terdiri dari beberapa baris gigi yang diikatkan pada rangka. Garu ini digunakan untuk menghaluskan dan meratakan tanah setelah pembajakan. Juga dapat digunakan untuk penyiangan pada tanainan yang baru tumbuh. Bentuk dari garu paku dapat dilihat pada Gambar 32. c. Garu Pegas Garu pegas sangat cocok untuk digunakan pada lahan yang mempunyai banyak batu atau akar-akar, karena gigi-giginya yang dapat indenting (memegas) apabila mengenai gangguan. Kegunaan garu ini sama dengan garu paku, bahkan untuk penyiangan garu ini lebih baik, karena dapat masuk ke dalam tanah lebih dalam. Bentuk dari garu pegas dapat dilihat pada Gambar 33. Gambar 33. Salah Satu Bentuk dari Garu Pegas Garu rotari ada dua macam, yaitu : garu rotari cangkul (rotary hoe harrow) dan garu rotari silang (rotary cross harrow). Garu rotari cangkul merupakan susunan roda yang dikelilingi oleh gigi-gigi berbentuk pisau yang dipasangkan pada as dengan jarak tertentu dan berputar vertikal. Putaran roda garu ini disebabkan oleh tarikan traktor. Bentuk dari garu ini dapat dilihat pada Gambar 34. Gambar 34. Garu Rotari Cangkul (Rotary Hoe Harrow) Gambar 35. Garu Rotari Silang (Rotary Cross Harrow) Garu rotari silang terdiri dari gigi-gigi yang tegak lurus terhadap permukaan tanah dan dipasang pada rotor. Rotor diputar horisontal, yang gerakannya diambil dari putaran PTO. Dengan menggunakan garu ini, penghancuran tanah terjadi sangat intensif. Bentuk dari garu ini dapat dilihat pada Gambar 35. e. Garu Khusus Yang termasuk kedalam garu khusus adalah weeder-mulche dan soil surgeon. Weeder-mulche adalah alat yang digunakan untuk penyiangan, pembuatan mulsa dan pemecahan tanah di bagian permukaan. soil surgeon adalah alat yang merupakan susunan pisau berbentuk U dipasang pada suatu rangka dari pelat. Alat ini digunakan untuk memecah bongkah-bongkah tanah di permukaan dan untuk meratakan tanah. 2. Land Rollers dan Pulverizers Alat ini menyerupai piring-piring atau roda-roda yang disusun rapat pada satu as. Puingan piring dapat tajam atau bergerigi. Digunakan untuk penyelesaian dari proses pengolahan tanah untuk persemaian. Alat ini dapat digolongkan atas dua jenis yaitu ; Gambar Pulverizer a. Surface packer terdiri dari macam-macam bentuk, antara lain :
b. Subsurface packer, terdiri dari 2 macam, yaitu
Alat ini digunakan untuk mengolah tanah tanpa merubah tanah dibagian permukaan dan juga sekaligus dapat untuk penyiangan. Keuntungan menggunakan alat ini adalah :
Alat ini ada 2 jenis, yaitu :
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Langganan:
Postingan (Atom)